Berpikir positif berbeda dengan kelewat positif. "Misalnya, kata-kata seperti 'harus bisa', 'pasti bisa', dan sejenisnya menunjukkan kelewat positif dan justru menipu diri sendiri," ujar psikolog Henny E. Wirawan.
Kita juga harus menyadari kapasitas diri kita sendiri. Berpikir positif bukan berarti tutup mata terhadap kondisi yang terjadi, namun bagaimana cara kita melihat kondisi yang kurang mengenakkan dengan kacamata yang lebih produktif. Lebih baik kita menggunakan kalimat seperti,"Mungkin kalau saya coba cara lain..."
1.Pemikir positif mudah mengatasi stres
Saat menghadapi kekecewaan (seperti proyek gagal atau tidak mendapat promosi jabatan), pemikir positif cenderung fokus pada hal-hal yang bisa mereka lakukan dalam situasi tersebut. Daripada tenggelam dalam frustasi dan keluh kesah yang tidak akan mengubah apa pun, mereka lebih suka meenyusun rencana selanjutnya atau meminta bantuan dan saran dari orang lain.
2. Berpikir positif = lebih sehat
Psikolog Szanne Segerstrom menyebutkan bahwa pikiran memiliki efek yang kuat terhadap imunitas tubuh. Aktivitas di daerah otak yang berhubungan dengan emosi negatif menyebabkan respons imun lebih lemah terhadap virus dan bakteri.
3. Solutif dan lebih tangguh
Menurut Henny, seseorang yang terbiasa berpikir positif biasanya lebih tahan menghadapi krisis. Ia tidak akan jatuh terpuruk terlalu dalam, lebih tangguh, dan lebih cepat menyadari bahwa krisis akan berlalu bila diusahakan, dan selalu berusaha mencari jalan keluar dengan cara positif pula.
4. Sumber energi untuk sukses
Karakter yang solutif dan tangguh tentu menjadi nilai plus bagi orang yang berpikir positif. Berpikir jernih juga akan membuat kita memiliki energi yang baik bagi diri sendiri maupun lingkungan. Dengan begitu, kita lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan, lebih bisa diandalkan, dan memiliki jejaring sosial lebih luas. Semua itu bisa jadi modal untuk (lebih) sukses.
0 komentar:
Posting Komentar